Sorong, iainsorong.ac.id. – Pelaksanaan Kegiatan Kuliah Tamu bersama Prof. Dr. Nizar, M.Pd., Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU). Ditjen PHU menawarkan STAIN Sorong tanda tangan MoU pembentukan program studi Manajemen Haji dan Umrah. Kegiatan berlangsung di Ruangan Rapat Rektorat Lantai II, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong Senin, 17 Februari 2020.

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Kakanwil Papua Barat, Kasubdit Asrama Haji Kemenag RI, jajaran  pimpinan STAIN Sorong, serta dosen dan pegawai di lingkungan STAIN Sorong tersebut, Dr. Hamzah, M.Ag., selaku Ketua STAIN Sorong yang bertindak sebagai moderator, langsung menyodorkan tiga pertanyaan kepada Ditjen PHU yang merupakan target STAIN Sorong dalam rangka mengisi status IAIN Sorong ke depan. Seperti yang diketahui dalam rangka alih status menjadi IAIN, STAIN Sorong dipercaya mengelola empat (4) fakultas.

“pertama, ada keinginan teman-teman untuk membuka prodi Manajemen Haji dan Umrah. Apakah peminat haji akan terus meningkat untuk 5 tahun ke depan. Ke dua, kami berkeinginan menyelenggarakan bimbingan manasik haji berbasis kampus. Ke tiga, memungkinkah STAIN Sorong menjadi BLU?” Tanyanya.

Setelah Ketua STAIN Sorong menyelesaikan pertanyaannya, Prof. Dr. Nizar, M.Ag., langsung diberikan kesempatan untuk merespon dan menjelaskan tentang tiga gagasan dan pertanyaan dari ketua STAIN Sorong. Ia menjelaskan secara berurutan seputar pertanyaan dan fokus penjelasannya tentang regulasi pembukaan prodi Manajemen Haji dan Umrah. Ditjen PHU juga menyarankan untuk membuka konsentrasi sebelum program studi. Karena menurutnya, membuka program studi itu memiliki proses dan alur lumayan lama, karena harus disetujui oleh Dirjen Pendis.

“Kalau mau membuka prodi, terlalu lama prosesnya, izinnya harus di Dirjen Pendis. Tapi, kalau bersifat konsentrasi izinnya cukup di ketua/rektor.” jelasnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Yogyakarta tersebut, menerangkan terkait lulusan program studi/konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.

“lulusan dari konsentrasi atau Prodi Manajemen Haji dan Umrah bisa berkerja di Biro Travel Haji dan Umrah juga bisa di bagian Catering Penyelenggaraan Haji dan Umrah” terangnya.

Prof. Dr. Nizar, menambahkan perihal pembimbing manasik haji. Ia menjelaskan bahwa pembimbing manasik harus memiliki sertifikat pembimbing yang di keluarkan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan Program Pendidikan Sertifikasi Bimbingan Manasik haji dan Umrah.

“sekarang kalau mau menjadi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah, harus memiliki sertifikat, dari mana? Dari Perguruan Tinggi yang bekerja sama dengan Dirjen PHU. KUA juga tidak bisa menjadi petugas atau pembimbing Haji dan Umrah kalau tidak bersetifikat. Sehingga, mau gak mau harus ke perguruan tinggi yang menyelenggarakan sertifikasi” ungkapnya.

Selanjutnya, Ditjen PHU menerangkan bahwa dalam hal usaha membuka prodi ataupun konsentrasi harus bekerja tim dan tidak boleh berorientasi duit, apabila ingin hasil yang maksimal.

“bekerja itu harus kerja tim, tidak boleh sendiri-sendiri. Harus memiliki komitmen, buat tim yang solid, dan jangan berorientasi duit” ucapnya.

Ia melanjutkan, “dulu ketika saya bekerja, saya memilih tim yang benar-benar mau bekerja, dan tidak beririentasi tim. Saya juga dulu sering potong kompas. Tidak apa-apa dimarihin sedikit-sedikit demi kebaikan” terangnya.

Di akhir penjelasannya, Prof. Dr. Nizar, M.Pd., menyinggung pertanyaan Ketua STAIN Sorong mengenai keinginan STAIN Sorong menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

“yang jelas BLU itu jauh keuntungannya dari pada PNBP. Tetapi, kalau mau menjadi BLU itu harus mempersiapkan unit-unit pengembangan bisnis” jelasnya.

Rangkaian acara Kuliah Tamu ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Wakil Ketua III dan dilanjutkan dengan foto bersama. *Lalu