Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek-BRIN) Republik Indonesia merilis “Sinta Series” Pemeringkatan Peneliti Indonesia 2020, Kamis, 28 Mei 2020.
Pemeringkatan peneliti Indonesia melalui SINTA (Science Technology Index) dan berdasarkan score Sinta dalam kurun waktu 2017-2019, diumumkan langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang S. Brodjonegoro melalui akun resmi Menristek-BRIN.
Pada pemeringkatan periode ini, salah satu dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong, Ismail Suardi Wekke, M.A., Ph.D., memperoleh Top 50 Peneliti Indonesia. Ia berada pada peringkat ke-23. Ismail Suardi Wekke mengalahkan kampus besar, seperti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang berada pada posisi ke-31 dan Universitas Hasanuddin (Unhas) berada di posisi ke-39.
Belum lagi kalau dikaitkan dengan Perguruan Tingg Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Kampus-kampus PTKIN seperti UIN Suka, UIN Malik Ibrahim, UIN Jakarta, UIN Wali Songo, dan kampus-kampus PTKIN besar lainnya, tidak ada yang bisa menembus Top 50 Peneliti Indonesia, kecuali IAIN Sorong yang diwakili oleh Ismail Suardi Wekke.
IAIN Sorong merupakan satu dari PTKIN yang berada di kawasan Papua, setelah IAIN Fathul Muluk Papua. Kampus yang baru saja bertransformasi menjadi institut ini mampu bersaing dengan kampus-kampus ternama yang ada di tanah air perihal riset. Melalui sumbangsih pemikiran Ismail Suardi Wekke lah, sehingga IAIN Sorong mampu menciptakan sejarah baru dalam dunia penelitian.
Pria yang menjabat mejadi Ketua Program Studi PAI Program Pascasarjana IAIN Sorong tersebut menembus Top 50 dengan koleksi skor Sinta sejumlah 3578 dalam 3 tahun terakhir (2017-2019).
Nama Ismail Suardi Wekke dalam belantika penelitian nasional ataupun internasional sudah tidak diragukan lagi. Ia sering mewakili IAIN Sorong dalam konferensi ataupun seminar internasional yang diadakan oleh negara-negara di kawasan Asia maupun Eropa, sepeti Jepang, Malaysia, Inggris, dan lain sebagainya. Kecermatan dan kreativitasnya dalam menemukan ide-ide orisinil tentang pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang agama dan sosial budaya menjadikannya mampu menembus kompetisi-kompetisi riset yang diadakan oleh kementerian atau lembaga-lembaga riset dalam dan luar negeri.
Ismail Suardi Wekke, memiliki keunggulan dalam hal brand permasalahan penelitian. Isu-isu yang diangkat cukup kompetitif. Apalagi beberapa tahun terakhir lembaga penyelenggara penelitian menekankan kepada para peneliti untuk mengangkat isu-isu lokal. Brand lokal inilah yang menjadi bahan menarik sang peneliti yang kemudian ia olah menjadi sajian yang menarik dalam bentuk artikel jurnal.
Brand lokal yang dimaksud ialah isu-isu agama, pendidikan, dan budaya yang terdapat di kawasan Papua. Dua dari sekian banyak artikel jurnal yang berhasil dipublikasikan oleh Ismail, yaitu: 1.”Pesantren dan Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan: Kajian Pesantren Roudatul Khuffadz Sorong Papua Barat”. 2. “Studi Kasus Pesantren pada Muslim Minoritas Papua Barat”.
Dilihat dari segi judul ke dua artikel tersebut di atas menunjukkan bahwa peneliti sangat piawai dalam menemukan permasalahan penelitian (isu pendidikan agama dan sosial budaya) di samping sudah menjadi latar belakang keilmuannya. Selain ke dua artikel tersebut masih banyak lagi artikel-artikel jurnal yang judulnya berbasis local wisdom, dan sering kali pembaca dibuat ‘terhentak’ dengan penemuan-penemuan ide brilian sang periset, sebut saja salah satu dari judul artikel yang sedikit menggelitik ialah “Kristen Muhammadiyah”. Sekilas judul tersebut bagi orang awam sedikit “kontroversial”, namun setelah ditelusuri isinya tidak ada ditemukan hal-hal yang berbau kontroversi. Melainkan justeru dapat membuka cakrawala pemikiran kita terhadap keberadaan lembaga pendidikan agama Islam di tengah masyarakat mayoritas Kristen. Di sinilah letak clever nya seorang peneliti. Ia mampu mengemas isu yang di dapat melalui penelitian, membaca, ataupun melalui sumber lainnya lalu dituangkan dalam redaksi judul yang survive.
Usaha-usaha dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh Ismail Suardi Wekke ini merupakan bagian dari tanggung jawab akademis yang wajib dilakukan oleh seorang dosen (lihat tupoksi dosen). Di sisi lain, usaha akademis yang dilakukan merupakan bagian dari cara pria kelahiran Camba, Sulawesi Selatan 43 tahun silam ini untuk mempromosikan institusi tempat ia mengabdi.
Torehan prestasi dalam bidang penelitian yang diciptakan oleh Ismail Suardi Wekke, sudah saatnya dijadikan sebagai contoh oleh para dosen IAIN Sorong. Tuntutan pemenuhan Tridharma Perguruan Tinggi menjadi alasan bahwa seorang dosen mau tidak mau harus meneliti, selain mengajar dan melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Selanjutnya, kreativitas yang membuahkan produktivitas Ismail Suardi Wekke tersebut patut untuk mendapatkan apresiasi oleh lembaga penelitian maupun institusi asal. Apresiasi atau reward diharapkan mampu menjadi pemecut semangat untuk terus melakukan resepsi (baca dan simak) dan produksi (menulis dan diseminasi).
Terakhir, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada Ismail Suardi Wekke, M.A., Ph.D., atas dedikasi dan bakti nyatanya untuk institusi IAIN Sorong. Semoga dengan bakti nyatanya ini IAIN Sorong semakin melangkah maju dan meninggi selangit. Seperti yang Ismail Suardi sampaikan melalui grup whatsaap ASN IAIN Sorong “terima kasih bapak/ibu, saudara/I atas segalanya. Dukungan, bantuan, dan juga doa. Sekali lagi terima kasih. IAIN Sorog, bakti nyata” ungkapnya.
Terima kasih guru…
Selamat atas prestasi dan teruslah menulis, karena “kita tidak bisa menandingi umur dunia, melainkan hanya tulisan (karya yang bermanfaat)”.
Salam Harmoni & Produktivitas
(Lalu Nasrulloh)