Humas IAIN Sorong – Dengan mengenakan DC (dresscode) batik, upacara 17-an di halaman Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) , Rabu (17/4) berlangsung khidmat.
Menanggapi laporan pemimpin upacara, Nirwan, S.Sos M.Si yang menyampaikan upacara diikuti sekitar 60 orang peserta, Pembina Upacara Prof Dr Hamzah Khaeriyah, M.Ag dalam amanatnya mengatakan, dengan 60 orang peserta berarti jumlah peserta upacara hanya mencapai kurang lebih 30 %.
Melihat masih kurangnya peserta upacara, Prof Hamzah dalam amanatnya bermaksud menggugah kesadaran civitas akademika IAIN Sorong untuk disiplin mengikuti upacara 17-an.
“Dengan 60 orang peserta, peserta upacara pernah melampaui itu. Mungkin ini hanya 30 persen . Oleh karena itu kita ingin menggugah kesadaran teman-teman, supaya disiplin, sedikit meluangkan waktu agar kita bisa hadir bersama-sama untuk melakukan upacara, satu bulan sekali,”ujar Prof Hamzah.
Lebih lanjut, Prof Hamzah menguraikan makna dari upacara 17-an. Dikatakan bahwa upacara adalah puncak dari berbagai etos yang ada di dalam diri kita, lalu berubah jadi etos komunitas.
“Etos komunitas inilah yang kita saksikan puncaknya dalam upacara 17 ini. Disitu ada wilayah kedisiplinan, umat uslam yang terlambat sholat subuh, mungkin susah untuk hadir ikut upacara, mungkin juga ada faktor lain dan sebagainya. Jadi ada wilayah kedisiplinan, itu cerminan perorangan,”tandasnya.
Selain itu, dalam upacara juga ada etos ideologi, bagaimana membangun ideologi. Dalam upacara juga ada etos penghargaan, ucapan terima kasih , apreseasi kepada pahlawan kita . Dalam upacara juga ada etos bagaimana mempromosikan lembaga.
“Dengan demikian, upacara itu adalah pengkristalan dari sejumlah etos individual ke etos komunitas. Dan inilah yang kita saksikan saat ini,”tandas Prof Hamzah .
Sebagai perguruan tinggi negeri , perguruan tinggi plat merah maka IAIN Sorong harus menjadi bagian terdepan dalam mengamankan ideologi, dalam membangun NKRI, sesuai dengan fungsi perguruan tinggi .
“Cerminannya apa, pada disiplin kita, mengibarkan bendera Merah putih pada setiap tanggal 17 . terjemahannya di sana,”tandasnya.
Selain itu kita memiliki pilar kepemimpinan. Ada ke-Indonesiaan, ada ke-Islaman, ada ke-Papua-an. “Disini kita mengheningkan cipta dalam upacara , kita baca doa. Itu semua adalah ajaran keislaman yang mengkristal,”ujar Prof Hamzah.
Bahwa dalam upacara juga bagaimana petugas yang telah ditunjuk untuk latihan baris berbaris. Disitu ada wilayah kepemimpinan. Dalam pelaksanaan upacara juga ada penggunaan media, ada penggunaan teknologi.
Dan yang terpenting adalah dalam upacara ada wilayah moderasi beragama. “Jadi upacara ini standarnya adalah moderasi beragama. Bagaimana kita meninggalkan seluruh kepentingan kita hanya untuk hadir upacara sekali sebulan. Itu juga bagian dari perilaku kita, tenggang rasa kita,”tandasnya.
“Kita masukkan ketaatan itu, meninggalkan kepentingan kita untuk hadir upacara, itu bagian dari implementasi moderasi beragama,”imbuh Prof Hamzah.
Lanjut dikatakan, bagi IAIN Sorong, bagi kita di Kementerian Agama, upacara itu memiliki sejumlah elemen dasar. Ini yang menjadi penting . Puncak dari elemen dasar itu dari seluruh aktifitas kita , itu dipatronkan dalam ikhlas beramal. Ikhlas beramal itu adalah puncak hubungan manusia dengan Tuhan.
Hadir dalam upacara yang dilaksanakan satu bulan sekali, adalah bagian dari perilaku. “Inilah bagian dari perilaku kita yang perlu kita koreksi bersama-sama. Terlebih di bulan syawal, bulan peningkatan. kita ingin ada perubahan pasca Ramadan, sehingga aktiftas keseharian kita , aktifitas kelembagaan kita juga punya relefansi dengan ibadah puasa yang kita lakukan,”pungkas Prof Hamzah seraya menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri 1445 H, minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin.
Usai upacara yang diikuti pimpinan, dosen, staf dan mahasiswa IAIN , Pembinan Upacara Prof Hamzah berjalan menuju ke petugas dan peserta upacara dan kemudian foto bersama. (rosmini)