Suparto Iribaram : Apapun Yang Kita Kerjakan, Utamakan Niatnya Kepada Allah Swt
Humas IAIN Sorong – Untuk pertama kali sejak menjabat di Sorong, Propvinsi Papua Barat Daya, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Dr. Suparto Iribaram, S.Sos., MA tampil sebagai khatib dalam pelaksanaan sholat Idul Adha 1445 H di Lapangan Apel Kantor Gubernur (yang berlokasi di areal Kantor Walikota Sorong) Papua Barat Daya, Senin (17/6).
Dalam khotbahnya, Rektor IAIN Sorong mengangkat topik Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam membentuk generasi yang saleh dengan sub topik “jangan hancurkan generasi dengan perilaku yang salah”.
Dikatakan oleh Dr Suparto Iribaram. setiap tahunnya, kita menunjukkan totalitas penghambaan diri kepada Allah dengan tidak melewatkan momentum lebaran sebagai ajang untuk pendekatan diri kepada Allah.
Berbagai ibadah dalam bulan ini pun tidak kita ingin lewatkan begitu saja. Seperti ibadah haji bagi saudara-saudara semuslim kita yang telah mendapat panggilan Allah, dan sekaligus mereka dilimpahkan rejeki untuk menjawab panggilan Allah tersebut. Begitu juga kita saat ini bisa melakukan ibadah qurban mulai hari ini hingga 3 hari tasyrik kedepan.
“Namun perlu digaris bawahi bahwa, semua ibadah yang kita lakukan semata mata ada tujuan Allah di dalamnya. Allah ingin melihat siapa hambanya yang taat dan siapa hambanya yang lalai atas perintah. Begitu juga Allah ingin melihat, siapa hamba yang tulus mencari ridhahnya dan siapa yang hanya sekedar melaksakan,”tabdas Suparto Iribaram.
Dan yang terpenting lanjut Suparto Iribaram, siapa hamba yang melakukan tujuan hanya kepada Allah dan siapa hamba yang melakukan ibadah hanya ingin menambah popularitas. Ingatlah wahai saudara semulimku, bahwa apapun yang kita kerjakan utamakan niatnya kepada Allah bukan mencari sensasi kepada mahluk tuhan agar kita mendapat ganjaran pahala dari Allah Swt. :
Lebi lanjut, Suparto Iribaram mengatakan, Ibadaha haji adalah ibadah mahdah (prioritas) yang sekaligus masuk sebagai rukun Islam yang kelima. Meskipun demikian, perlu kembali khatib mengingatkan, bahwa tidak semua manusia bahkan yang beragama Islam diberikan dan menerima kesempatan untuk menunaikan ibadah haji ini.
Mengingat saat ini tantangan yang dihadapi semakin banyak, biaya yang mahal, waktu tunggu yang lama, serta prasyarat kesehatan. Hal inilah mengapa Islam mendapat kemudahan ibadah haji ini dengan tambahan kata pada ayatnya “Manistatho’a Minku” yang hanya sanggup untuk semua prasyarat yang telah di tentukan.
“Disinilah perlunya konsistensi dalam menjaga pahala dan ganjaran kebaikan dari ibadah haji. Karena haji yang mabrur tidak ada ganjarannya kecuali surganya Allah,”ujar Suparto Iribaram.
Selain ibadah haji bagi saudara saudara kita yang saat ini melaksanakan wukuf di arafah, lanjut Suparto Iribaram, ada juga ibadah yang sangat penting untuk kita wujudkan bagi kita semua saat ini, yaitu ibadah qurban.
Ibadah qurban yang telah dinukilkan dalam sejarah yang penuh ketaatan seorang bapak oleh Nabi Ibrahim AS. dan ketundukan atas perintah kepada anak oleh Nabi Ismail AS. serta keiklasan seorang ibu yang dilakukan oleh siti hajar. Ini bukan hanya satu adegan yang menunjukkan ketatan namun menjadi contoh seluruh muslim di dunia untuk belajar pada keluarga yang sangat istimewah ini.
Saat ini justeru hampir kejadiannya terbalik 100% dari keluarga yang kita jalankan. Seorang bapak menunggu kehadiran sorang anak lantas diminta untuk dikorbankan.
Ketika situasi ini dihadapkan kepada kita, apakah kita akan rela menggorok leher anak sendiri?. Namun perlu disadari bahwa meskipun kita tidak menggorok leher anak kita sendiri dengan golok, namun tanpa disadari ada yang menggorok nya secara halus.
“Apakah perbuatan itu???. Coba perhatikan pola asuh kita kepada anak, apakah kita telah memberinya asupan aqidah? Apakah kita telah memberikan asupan nutrisi iman? Memberikan pakaian ketaqwaan? Apakah kita memberikan berita al quran? Pertanyaan pertanyaan ini bisa terjawab pada ibu dan bapak sendiri. Jika ini semua tidak dilakukan maka sama saja telah menggorok leher sang anak dengan perlahan,”tandas Suparto Iribaram.
Terlebih lagi, lanjut Suparto Iribara, saat ini banyak tantangan yang justeru kematian anak dan kebodohan anak lahir dari orang tua yang apatis dan ceroboh. Contoh paling kecil memberikan anak tontonan HP saat tantrum. Alasan sibuk anak disodorkan handphone untuk nonton dan main game,.
Dan hal ini menjadi kebiasaan hampir setiap waktu di setiap harinya dan akhirnya berdampak pada pola fikir dan kesehatan anak. Daya belajar turun, daya fisik menurun dengan mudah sakit, gangguan psikologis yang tinggi sehingga bukan lagi membutuhkan nasehat orang tua melainkan pengalaman tontonan yang dilehatnya setiap saat.
“ Jika memang bapak ibu para jamaah sekalian ingin berkorban jangan korbankan anakmu menjadi orang yang binasa dijalan sia-sia. Namun berkorbanlah sesuai petunjuk agama. Agama menyuruh kita bagaimana menjaga keluarga dari api neraka,”tandas Suparto Iribaram.
“Silahkan memberikan fasilitas HP atau fasilitas lainnya tapi utamakan bimbingan dan pengawasan. Tanpa bimbingan dan pengawasan maka akan menuju kejalan kebinasaan seorang anak. Yang rugi adalah kembali kekeluarganya,”imbuh Suparto Iribaram.
Olehnya pengorbanan yang Allah inginkan saat ini adalah menunjukkan ketaatan kepada Allah. Salah satu momentum saat ini yaitu ikut berqurban. Jika mampu seekor silahkan namun jika patungan juga dibolehkan dengan 7 orang pada satu ekor sapi. Atau seekor kambing dari masing masing person.
“Yang perlu di ingat adalah Allah telah memberikan kita nikmat yang sangat banyak untuk mensyukurinya tunjukkan dengan berqurban,”tandasnya.
Dalam berqurban hal utama yang ingin dikedepankan adalah niat yang didasari sikapketulusan hanya kepada Allah. “Jangan kita melakukan amalan apapun hanya ingin mendapat pujian dari makhluknya. Olehnya bagi yang berqurban berita gembira kepadamu “engkau akan mendapatkan pahala dari setiap bulu dan tetsandarahnya, bahkan semoga menjadi kendaraan pahala untuk tungganganmu ke surga”.
“Bagi yang belum sempat sampai detik ini, maka semoga mulai hari ini sampai 3 hari tasyrik kedepan mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah untuk tergerak hatimu melaksanakan ibadah qurban,”ujar Suparto Iribaram.
Dikatakan, semua ibadah adalah ujian bagi hamba Allah, jika engkau tidak menyadarinya dan berat menjalankan ibadah apapun itu maka periksalah dirimu, karena pasti ada kesalahan besar pada dirimu.
“Jangan sampai sikap kikirmu membatasi kekayaan Allah, jangan sampai sikap takabburmu meniadakan Tuhan dalam dirimu,”tandas Dr Suparto Iribaram. “Semoga Allah senantiasa menerima segala ibadah yang telah kita persembahkan kepadaNYA,”pungas Dr Suparto Iribaram .