Ibu guru Suratna Dewi Rudin (kanan) dan Ipa Salma Alhamid
yang telah mengikuti ujian tesis di kampus IAIN Sorong. (rosmini)

Humas IAIN Sorong- Tidak ada kata yang dipanjatkan selain rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT bisa menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan tepat waktu.

 Rasa bahagia terpancar di rona wajah Suratna Dewi Rudin dan  Ipa Salma Alhamid karena jauh-jauh dari Fakfak bisa mengikuti ujian akhir pascarsarjana pada pekan lalu.

 Dari Kota Pala Kabupaten Fakfak, ada 15 mahasiswa pascasarjana IAIN Sorong yang telah mengikuti ujian tesis dan siap mengikuti yudisium pascasarjana pada Rabu besok (17/7/2024).

 Ditemui disela mengurus dokumen pasca ujian akhir di Kampus IAIN Sorong, Suratna Dewi menuturkan kesannya selama kuliah S2 di IAIN Sorong. “Saya mulai kuliah tahun 2022, ambil program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Distingsi Kepemimpinan Transformatif.  Kuliah kelas jauh secara online, alhamadulillah manajemen kampus bagus. Dalam hal hak kita bisa dapat, perkuliahan juga sesuai waktu tidak molor. Kita juga dapat ilmu secara utuh, timbalik  baliknya bagus,”tutur  Suratna Dewi.

 Wanita yang sehari-hari guru di SD Yapis 1 Kabupaten Fakfak ini menceritakan awal kuliah pascasarjana di IAIN Sorong saat  guru-guru yang bersertifikasi di lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Fakfak mengikuti pertemuan dengan Kepala Kemenag Kabupaten Fakfak.

 Dalam pertemuan tersebut, Suratna Dewi dan rekan-rekannya mendapatkan pencerahan dari Kepala Kemenag untuk melanjutkan pendidikan S2 di IAIN Sorong. Para guru pun mendapatkan sosialisasi tentang IAIN Sorong.

 Karena jarak yang jauh, awalnya Suratna Dewi masih pikir-pikir, namun ketika mendapatkan informasi bahwa bisa kuliah melalui kelas online, Ia pun kemudian mulai tertarik.

  “Kita diskusi menanyakan kira-kira menganggu pekerjaan ka  tidak. Ketika dibilang oh  ini tidak menggangu waktu , akhirnya ada  diskusi antara pihak kampus dengan Kemenang, disitu kita tertarik dan mendaftar untuk kuliah di kampus IAIN ini,”cerita Suratna Dewi.

 Mahasiswa kelas jauh dari Kabupaten Fakfak awalnya 23 orang, namun ada yang mengundurkan diri berkurang jadi 17 orang. “ 17  orang itu sempat kita kuliah di semester 1, kemudian ada 2 orang yang mengundurkan diri dengan faktor kendala keluarga dan lainnya, akhirnya tersisa 15 orang yang lanjut  sampai sekarang,”tandasnya.

   Dengan tekat untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan diri,  Suratna Dewi mengakui, awal kuliah Ia menggunakan dana pribadi. Namun dalam perjalanan waktu, ada kerjasama Pemda Kabupaten Fakfak dengan IAIN Sorong, akhirnya 15 mahasiswa pascasarjana dari Kabupaten Fakfak itu termasuk dalam MoU yang kuliahnya dibiayai oleh Pemda Kabupaten Fakfak.

 “Alhamdulillah kita dapat MoU dari Pemda Fakfa,kita 15 orang dapat  beasiswa, terkafer semua teman-teman dari Kemenag  dengan kita yang dari Dinas Pendidikan, baik yang di kantor maupun kami yang guru,”ujar Suratna Dewi.

 Dikatakan, kuliah pascasarjana di IAIN Sorong waktunya sangat fleksibel tidak mengganggu waktu kerja. Bersama mahasiswa kelas jauh dari Kabupaten Fakfak, Ia kuliah by zoom seminggu 3 kali,  Kamis , Jumat , Sabtu pukul 14.00 -16.00 Wit.

“Yang saya rasakan selama kuliah pasrcasarjana di IAIN Sorong,  yang utama wellcome dari kampus yang luar biasa. Pihak kampus itu luar biasa memahami keadaan kita  serta terus memberikan motivasi , memacu kita untuk lebih semangat menyelesaikan studi kami,”ujar Suratna Dewi .

 “Yang pasti akademik dari pascasarjana IAIN Sorong lebih banyak  mempermudah kami dengan kondisi yang jauh, jadi semuanya baguslah yang di kasih ke kami sehingga  tidak merugikan kami. Karena motivasi dari kampus, kita juga terdorong  untuk lebih baik lagi, untuk mengejar waktu yang ditentukan, alhamdulillah,”imbuh Suratna Dewi yang dibenarkan Ipa Salma Alhamid.

 Kendala yang dihadapi selama kuliah, secara teknis diakuinya tidak ada. Hanya  Suratna Dewi mengakui  kepalanya mumet saat dihadapkan banyak tugas, sementara dosen yang akan diajak untuk konsultasi tidak di tempat.

 “Biar ada kendala seperti itu (eksternal) tapi karena ada motivasi dari dosen-dosen , dari ketua kelompok kita, dari ketua angkatan , “ayo,ayo kerjakan tugas”, kita akhirnya termotivasi unruk tatap kerja dalam arti tugas-tugas tetap kita kumpul,”ungkapnya.

  Menanyakan setelah kuliah, apa yang bisa dipetik dari distingsi ilmu kepemimpinan transformatif, dikatakan bahwa Insya Allah dengan memiliki modal ilmu kepemimpinan transformatif , Ia bisa memberikan masukan di lingkup kerjanya tentang pemimpin yang ideal.

 “Kebanyakan pemimpin itu maunya sendiri, tidak transparansi dalam segala hal. Terus managemen kepemimpinan mengikuti orang yang lebih dekat dengan beliau, tidak terlalu eksplor  kepemimpinannya. Mungkin dengan adanya ilmu kepemimpinan ini kita bisa memberi sumbangsih  pemikiran bahwa kepemimpinan itu seperti apa, agar lebih wellcome kepada anak buahnya, lebih transparan, menerima pandangan-pandangan baru,”urai  Suratna Dewi .

 Diakhir perbincangan, Suratna Dewi pun menyampaikan harapannya, agar  “IAIN semakin jaya, sosialisasikan terus untuk   perkembangan kampus sehingga minat  masyarakat yang mau mencari ilmu lebih condong  ke IAIN.  IAIN Lebih maju dan mudah-mudahan  output dari IAIN Sorong bisa mempengaruhi lingkungan setempat, lingkungan kerja,  lingkungan keluarganya untuk  kuliah di  IAIN Sorong “.  (rosmini)