Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Dr. Hamzah, M.Ag. berpandangan bahwa guru memiliki peran yang sangat strategis dalam mengukir peradaban bangsa. Pandangan itu beliau sampaikan pada acara Seminar Pendidikan yang diselenggarakan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Papua Barat di Aula SD IT Al-Izzah Kota Sorong (25/11/2019). Pada acara yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Guru Nasional tersebut, beliau bertindak sebagai narasumber. Beliau menyampaikan banyak hal terkait peran strategis guru dalam membangun sumber daya manusia yang unggul. Menurutnya ada empat hal yang perlu dikemukakan untuk melihat peran strategis guru dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, yaitu target atau tujuan yang harus dicapai, kekuatan internal, peluang untuk mencapai target, dan langkah-langkah strategis yang mesti dilakukan untuk mencapai target. Keempat hal ini saling berkaitan dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Menurutnya sesuatu yang besar atau yang unggul harus diimbangi dengan kekuatan dan langkah-langkah yang besar dan strategis pula.

“Kita punya langkah-langkah seperti ini, tetapi tujuan tidak jelas, tidak ada rumusan tujuan, maka peluang hanya satu mubazir. Langkah kita mubazir, karena nggak produktif. Atau tujuan kita kecil tapi langkah kita besar, itu juga adalah mubazir. Nah, yang perlu kita bangun adalah langkah kita kecil tetapi ouput atau tujuan kita itu tercapai. Itu namanya optimal atau berkah. Dalam istilah agama itu sumber daya kita kecil tetapi output kita besar, itu namanya berkah.” tegasnya.

Pada acara yang dihadiri oleh guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah Islam se-Kota Sorong ini, beliau menyampaikan pandangan tentang pernyataan ‘guru itu pahlawan tanpa tanda jasa’. Menurutnya pernyataan tersebut perlu ditinjau kembali karena pada dasarnya guru perlu dihargai dan juga butuh tanda jasa. Ole karena itu, sudah tidak tepat lagi gelar ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ disematkan kepada guru-guru di era saat ini. Beliau menyarankan slogan tersebut perlu diubah menjadi ‘guru itu pahlawan pengukir SDM masa depan bangsa’.

Menurutnya kemajuan bangsa yang terjadi hari ini, prestasi atau kehebatan seseorang yang dimiliki saat ini merupakan hasil ukiran dari guru-guru di masa lalu. Guru diposisikan sebagai ujung tombak dari kemajuan suatu bangsa, sebab guru memiliki peran yang sangat strategis yang tidak miliki oleh sarana-sarana penunjang pendidikan. Beliau mencontohkan guru-guru di masa lalu yang mengajar dengan fasilitas terbatas tetapi mampu menghasilkan orang-orang hebat yang kita kenal hari ini. Menurut beliau guru yang berprestasi akan menciptkan SDM yang unggul dan berprestasi pula.

“Kalau kita mau melihat Indonesia maju maka yang harus duluan berprestasi adalah guru kita, bukan yang lain. Sumber daya manusia guru ini yang harus dibenahi. Karena membangun manusia itu butuh waktu, butuh proses.” jelas beliau.

Terkait dengan dengan istilah ‘unggul’ yang tercatum pada tema seminar, beliau mendefinisikannya sebagai sesuatu (SDM, prestasi, karya) yang melampaui zaman. Maksudnya adalah prestasi atau karya yang dihasilkan hari ini dapat dinikmati oleh orang-orang yang hidup sepuluh atau dua puluh tahun kedepan. Beliau mencontohkan Nabi Muhammad sebagai manusia yang unggul karena beliau hidup pada 14 abad yang lalu tapi karya atau pandangan-pandangan beliau dapat dinikmati dan digunakan sampai di zaman digital sekarang ini. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa guru yang menghasilkan karya dan digunakan melampaui zamannya maka guru tersebut dapat dikatakan guru yang unggul. Sebaliknya guru yang karyanya hanya dinikmati hari ini , maka dapat disebut guru yang biasa-biasa saja. Oleh karena itu, guru dituntut untuk berpikir visioner.

Di akhir materi, beliau menyarankan kepada guru-guru untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas mengajarnya di dalam kelas. Dengan berwudhu, diharapkan guru-guru yang pikirannya sedang galau dengan permasalahan yang ada di rumah, dapat segar kembali ketika akan memulai aktivitasnya di sekolah.

(Alif)