Humas IAIN Sorong- Dengan mengusung tema “Capasity Building Penguatan Kinerja Organisasi” dengan sharing session : Pengembangan Skill Kepemimpinan Mahasiswa, Stadium Generale yang digelar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong, Senin (3/12) diikuti ratusan mahasiswa baru.
Dalam stadium generale (kuliah umum) tahun ajaran 2023/2024, tampil sebagai narasumber , Dr.Ir. Brisma Renaldi, M.M , Widyaswara Ahli Utama Lembaga Administrasi Negara.
Mewakili Rektor IAIN Sorong Prof Dr Hamzah Khaeriyah, M.Ag, Stadium Generale dibuka oleh Wakil Rektor I , Dr Muhammad Rusdi Rasyid, M.Pd.I serta turut disaksikan Kepala Biro (Karo) Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan (AUKA) Dr H.M Arsyad Ambo Tuo, M.Ag, Dr Yanti, M.Pd, widyaswara yang juga rekan dari Dr Brisma Renaldi yang menyempatkan diri berkunjung ke Sorong.
Dalam sambutannya sesaat sebelum membuka Stadium Generale “Capasity Building”, Wakil Rektor I Dr Muhammad Rusdi Rasyid, M.Pd.I mengatakan, narasumber yang hadir adalah mahaguru yang ahli dalam bidang kepemimpinan dan managemen.
Ia pun berharap dari materi yang disajikan dapat diserap semua guna menambah wawasan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Anak-anak semua mohon dicatat dan dipahami apa yang disampaikan karena beliau ini tamu yang sanga penting dan ahli dibidangnya terutama dibidang kepemimpinan dan managemen . Perlu kita simak baik-baik, jangan dilepas ilmunya meskipun itu satu kata,”harap Warek I Dr Muhammad Rusdi Rasyid.
Selain ratusan mahasiswa, acara pembukaan Stadium Generale “Capasity Building” yang dipandu MC (master of ceremony, Eva Rubawaty, S.Sos M.Kom juga dihadiri para dosen IAIN Sorong.
Rangkaian acara pembukaan Stadium Generale diakhiri dengan pose bersama dan selanjutnya narasumber Dr Brisma Renaldi menyampaikan materinya dengan penuh semangat.
Mengawali meterinya, Dr Brisma mengatakan, dalam stadium general ini, akan berbagi pengalaman belajar dalam meningkatkan produktivitas dengan muatannya tetap capacity building.
Sesuai tema yang diusung, Dr Brisma Renaldi menanyakan kepada para peserta yang semuanya mahasiswa semester I, tahu arti dari tema kepemimpinan transformatif.
“Ada yang tahu, siapa yang tahu boleh pulang,””ujar Dr Brisma dengan nada canda.
Ia pun menjelaskan, kepemimpinan transformatif, yakni tidak ada lagi kegiatan dosen yang itu-itu saja, yang rutinitas. Sekarang tidak ada lagi cara bekerja, cara belajar yang begitu-begitu saja. Tidak ada lagi kegiatan yang sifatnya rutin, tapi harus bertransformasi. “Kalau kita mau maju, kita harus berubah,”tandas Dr Brisma.
Selain itu Dr Brisma juga mengatakan kita jangan bangga disaat kita besar. Ia pun mencontohkan bagimana sapi yang semakin besar maka akan semakin dicari orang disaat lebaran.
“Jadi jangan bangga di saat besar, tapi bagaimana kawan-kawan kita harus lincah. Agar kawan-kawan bisa lincah maka kawan-kawan harus merubah mindset. Apakah mindset bisa berubah?,”tanya Dr Brisma yang kompak dijawab oleh para mahasiswa yang hadir mengenakan pakaian putih hitam, “bisaaa”.
Dalam menjelaskan bagaimana mengubah mindset, Dr Brisma pun menyelinginya dengan game-game yang mengandung makna. Gama-game seperti saling senyum, saling memuji rekan yang menghidupkan suasana membuat para mahasiswa senang dengan kegiatan stadium generale ini.
Selanjutnya Dr Brisma mamaparkan uraiannya dengan menggunakan fiosofi pecahkan telur. Agar telur yang akan dipecahkan dari cangkangnya bisa menghasilkan kehidupan, Dr Brisma pun menanyakan kepada mahasiswa, telur itu dipecahkan dari dalam atau luar?
”Agar terjadi kehidupan, maka telur itu harus dipecahkan dari dalam, dimana ada anak ayam. Artinya kalau anda ingin berubah, maka anda harus merubah diri sendri. Anda jangan pernah berusaha merubah orang lain sebelum merubah diri sendiri.”tandas Dr Brisma.
Lebih lanjut dikatakan, tidak sedikit pemimpun yang tidak sesuai antara ucapan dan tindakannya Sebelum kampanye banyak janji-janji yang diucapkan, namun setelah kampanye, lupa dengan janjinya.
“Orang kalau mau merubah maka mulainya dari dalam diri sendiri,”tandas Dr Brisma. Ia juga mengungkapkan, bahwa IAIN ini seperti satu tubuh. Kalau yang satu sakit, yang lain ikut sakit.
Untuk kembali menghidupkan suasana, Dr Brisma memberikan game-game yang minta para mahasiswa untuk berhadap-hadapan dan saling memuji dalam wakti 30 detik.
Seketika, suasana pun jadi riuh karena mahasiswa dengan berhadap-hadapan langsung saling memuji. “Anda luar biasa”, “kamu cantik”.
Dari game tersebut, mengandung makna bahwa berikanlah pujian kepada orang lain dengan tulus dan yang dipuji juga jangan terlalu bangga, karena kata Dr Brisma, pujian itu adalah cobaan.
Yang pasti untuk merubah mindset memang tidak mudah, perlu waktu dan perlu tahapan . “Kalau mau berubah, mulailah dari diri sendiri, tidak usah mengurus orang lain,”tandas Dr Brisma lagi.
Ia pun mencontohkan dirinya, 28 tahun lalu Ia adalah perokok berat, namun setelah anaknya lahir, Ia berhenti merokok. Bahwa pada akhirnya ia bisa berhenti merokok karena ada kemauan untuk berubah dari dalam dirinya sendiri.,
Kepada para mahasantri, Dr Brisma juga mengatakan perlu waspada dengan orang-orang yang toxic. Orang-orang yang toxic itu ciri-cirinya, yang pertama, suka mengkritik orang namun tidak mau menerima kritikan.
Yang kedua, orang toxic itu suka merendahkan/meremehkan orang lain, ketiga, tidak memiliki rasa/sikap empati, keempat, suka memanipulasi orang lain, kelima, merasa paling benar, dan keenam sulit memaafkan.
Stadium General juga diisi dengans sesi tanya jawab, dimana ada 2 mahasiswa bertanya, yakni Karmin Kelliata yang menanyakan tentang bagaimana menghindari toxic, dan Hamzah tentang aksi demo mahasiswa yang mengkritik kebijakan pemerintah. (rosmini)