Sorong, Dalam pidato pembukanya sebagai salah satu panelis pada Sarasehan Dan Temu Tokoh bertema “IAIN SORONG DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PAPUA” di gedung Tarbiyah IAIN Sorong, Rektor IAIN Sorong Dr. Hamzah M.Ag menyatakan bahwa transformasi STAIN ke IAIN menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pengembangan kawasan Papua. ”Saya kira sejarah mencatat bahwa transformasi ini adalah bagian dari pengembangan kawasan papua, itu tidak bisa ditolak dan tidak bisa diingkari”. Ujarnya.
Namun dikatakan Rektor, saat ini status IAIN baru bisa dinikmati oleh pimpinan tertinggi yang telah dilantik. Untuk itu diadakan sarasehan dan temu tokoh ini untuk mendapatkan dukungan penuh atas proses ubah status IAIN Sorong.
Sarasehan yang berlangsung Senin (23/11/2020) panelis utamanya adalah Anggota DPR RI Komisi II Dr. H. Mardani Ali Sera, M.Eng. dan bertindak sebagai moderator adalah Ketua Komisi I DPRD Kota Sorong H. Muh. Taslim S.Sos., M.Pd. Hadir secara langsung pula beberapa Anggota DPRD Kota Sorong dan Anggota DPR Papua Barat dari fraksi PKS, Pengurus Daerah Muhammadiyah, Ketua Dewan Masjid Indonesia Kota Sorong, Tokoh Muslim Kokoda, dan Ketua Persekutuan Gereja Se-Sorong Raya Pdt. Obeth, M.Th.
Di hadapan para tamu, salah satu cendekiawan muslim sorong ini turut pula menyampaikan apresiasi terhadap respon Dr. H. Mardani Ali Sera sebagai Anggota DPR RI KOMISI II melalui pertemuan di Jakarta, konsultasi jarak jauh dan berlanjut dengan kedatangan di Sorong. “Terima kasih pak Doktor Ali yang bisa mengambil sikap yang luar biasa dalam rangka pengembangan kampus kita ini.” Terangnya.
Lebih lanjut Ia sampaikan, bahwa alih status ini hanya menjadi tujuan antara, bukan tujuan akhir. Dari IAIN diharapkan segera menjadi UIN atau bahkan menjadi Universitas Sains Islam Sorong sehingga Sorong dapat menjadi selevel dengan Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Di akhir penyampaiannya, rektor mengatakan istimewanya Indonesia adalah Papua sebagai Indonesia mini. Mahasiswa di IAIN pun tercatat berasal dari 17 propinsi. Namun ada fenomena menarik dimana Indeks Kerukunan Beragama Papua tertinggi selama tiga tahun belakang sementara Indeks Pembangunan Manusia-nya adalah yang terendah secara nasional. Posisi IAIN sorong selalu kritis dan memandang pendekatan keagamaan perlu menjadi bagian dari solusi fenomena ini.
Merespon itu, Dr. H. Mardani Ali Sera dalam pidatonya menyatakan kebahagiaan atas proses ubah status IAIN Sorong. Ia juga menyampaikan semoga spirit melakukan amal baik selalu ada di semua tempat.
“Iya saya bahagia datang kesini, karena terkait dengan ubah status dari STAIN ke IAIN itu memang sudah dikerjakan teman-teman sejak lama, pas saja kebetulan ketemu walaupun memang kami diajarkan handphone ini sarana amal shaleh, kalo ada yang WA ya dijawab.” Bebernya.
Melengkapi penyampaiannya, Ia mengatakan bahwa tema besar yang diangkat ini membuatnya ingin banyak mendengar secara langsung dari masyarakat papua dengan realita akan berakhirnya otsus papua di 2021 dengan harapan akan ditemukan titik temu terbaik. Anggota DPRRI dari Komisi 2 ini juga menyampaikan bahwa sains dan pengetahuan amat sangat penting. Maka kita doakan IAIN Sorong dalam 5 tahun ke depan dapat mampu menjadi UIN atau bahkan Universitas Sains Islam Sorong. Sebagai penutup ia memberikan dukungan kepada pengambil kebijakan Papua yang lebih paham tentang Papua sekaligus menerima masukan apapun kedepannya.
Sementara itu, sarasehan ini selain dapat diikuti secara langsung oleh tamu terbatas, kegiatan sarasehan ini pun dapat diakses secara luas melalui aplikasi zoom yang disediakan oleh panitia. (Riany Nur)