Humas IAIN Sorong – Ma’had Al Jami’ah merupakan pesantrennya mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong yang dilaksanakan dengan sistem asrama yang menampung seluruh mahasiswa baru IAIN Sorong.
Jika sebelumnya seluruh mahasiswa baru IAIN Sorong tanpa terkecuali diwajibkan menginap di ma’had, dengan kepempimpinan baru dimana Mudir Ma’had kini dijabat oleh Dr Muhammad Huzain, S.Fil.I, M.Si akankah aturan itu masih diberlakukan?.
Setelah dilantik sebagai Mudir Maha’ad Al Jami’ah IAIN Sorong pada 11 Juni lalu, Dr Muhammad Husain dalam bincang-bincangnya dengan media kampus mengatakan, saat ini, pihaknya masih mengawal program yang sedang berjalan .
Dimana tinggal 1 bulan kedepan, mahasantri angkatan tahun 2023 akan menyelesaikan programnya,
Untuk menerapkan program apa saja yang akan dilaksanakan di Mahad Al Jami’ah, Dr Muhammad Huzain mengatakan dirinya bersama Sekretaris Mahad, Drs Muhammad Satir, M.Pd masih melakukan survei,menginventaris , mendengar pesan-pesan dari masyarakat termasuk dari pimpinan pondok pesantren.
Untuk mendapatkan masukan dalam mengelola Ma’had Al Jamiah, Dr Muhammad Huzain mengatakan telah datang bersilaturahmi ke 2 Ponpes di Kabupaten Sorong.
“Kami silaturahim dalam rangka mendapatkan masukan tentang bagaimana alumni mereka yang telah termahadkan di kampus kami, dan Alhamdulillah ada beberapa catatan yang diberikan, termasuk beliau mengharapkan tahun 2024 ini mungkin ditinjau kembali tentang pengwajiban yang mutlak,”jelas Dr Huzain.
Adanya keinginan dari ponpes agar santrinya tidak wajib menginap di Mahad Al Jamiah didasarkan pada adanya santri di pondok yang masih harus menyelesaikan proses pembelajarannya.
“Kadang-kadang harus 1-2 tahun dan saya kira itu perlu kita akomodir. Maksudnya setelah selesai mahadnya dia harus kembali ke pondoknya dulu ,”ujar Huzain.
Lanjut dikatakan, jika mahasiswa itu dipastikan dia hafiz misalnya,dipastikan mampu memahami kitab kuning, tapi kalau tidak dipotong. Jangan dia harus nginap di mahad, karena ini sebenarnya talenta, talenta yang masih berproses untuk menyelesaikannya di pondok,”jelas Dr Huzain.
Lanjut dikatakan bahwa kampus akan menerma estafetnya kalau mereka itu betul-betul diberikan kesempatan, kelonggaran waktu untuk menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren.
“Lalu yang kedua, selaku mudir saya berharap ini kan sekedar menginventarisir apa yang seyogyanya kita lakukan, yang baik yang sudah berjalan kita lanjutkan, yang kurang kita coba hindari,”tandas Mudir Mahad Dr Huzain.
Terkait dengan terobosan yang dilakukan , kata Dr Huzain masih pada kisaran bagaimana menjadikan Mahad Al Jami’ah sebagai insan mahasantri, sebagai alat untuk membantu mendongkrak kwantitas mahasiswa IAIN Sorong.
“Dan ini selaras, sebagai turunan dari semangat pak rektor baru kita untuk mencoba memaksimalkan semua sendi-sendi di kampus kita itu mengarah pada produktif yaitu bagaimana mengemban kwantitas mahasiswa kita. Dan saya kira itu memang harus kita laksanakan,”ujar Dr Huzain.
Artinya di ma’had nantinya tidak diwajibkan menginap bagi mahasiswa dari ponpes?, “Saya sebagai mudir sifatnya hanya mengusulkan, nanti yang ketuk palunya pak rektor dan pimpinan pejabat terkait,”tandas Dr Huzain.
“Saya sih berharap mudah-mudahan dilaksanakan. Karena memang kita sudah ke lapangan, dan hasil lapangannya hampir 99 menghendaki seperti itu. Yakni tidak wajib menginap bagi alumni pondok yang memang kebutuhan itu ada,”imbuhnya.
Sedangkan bagi siswa lulusan sekolah umum, SMA,SMK maupun sekolah-sekolah umum kembali pada aturan awal bahwa mereka wajib menginap di ma’had.
Aturan wajib itu lanjut Dr Huzain karena ada endingnya yakni terintegrasinya ilmu karena mereka hadir di kampus IAIN Sorong, bermacam-macam ya,ada dari SMK. dari SMA dan itulah jalan tengahnya mengintegrasikan perbedaan-perbedaan karakter itu dimahadkan.
“Sehingga mudah-mudahan 1 tahun kedepan itu, kalaupun tidak bisa rata, paling minimal tidak terlalu senjang antara mereka yang alumni SMA, SMK dengan alumni pondok bisa ada garis ratanyalah. Karena itu sebenarnya tujuan utama dari pemahadan itu,”jelasnya.
Mudir Mahad Al Jamiah berharap agar slogan KIS yang digaungkan oleh Rektor Dr Suparto Iribaram, S.Sos MA betul-betul teraktualkan yang pada akhirnya berujung pada salah satu kebijakan di Mahad Al Jami’ah
“Kita akan bisa maksimalkan pengembangannya. Karena memang kita butuh bersinergi dari pucuk tertinggi sampai ke bawah,”pungkas Dr Huzain.
Seperti diketahui, Ma’had Al Jamiah merupakan satuan institusi pendidikan tinggi berbasis pesantren di bawah naungan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dengan mengembangkan kurikulum pesantren yang diintegrasikan dengan keilmuan dan moderasi beragama.
Setelah menyelesaikan semester 1 dan 2, santri di Ma’had IAIN Sorong pun berganti dengan mahasiswa baru. (rosmini)