Mudir Mahad Al Jamiah IAIN Sorong, Khatipah, S.Pd.I, M.Pd.

Kuliah Sambil Mondok hanya Ada di IAIN Sorong

Humas IAIN Sorong – HARI Santri Nasional  yang diperingati  setiap  tanggal  22 Oktober mengantarkan perhatian tertuju kepada  bagaimana kiprah pondok pesentren di tanah air, termasuk di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong.  Meski bukan merupakan pondok pesantren murni, namun kehadiran Mahad Al Jamiah IAIN Sorong memberikan nuansa  tersendiri bagi mahasiswa  bagaimana menjadi mahasantri .

 KAMPUS Hijau IAIN Sorong tidak hanya menghasilkan lulusan sarjana (SI) dan Sarjana (S2) dengan berbagai program studi yang  siap masuk pasar kerja, tapi juga bertekat untuk membentuk mahasiswa yang berkarakter dan  berakhlakulkarimah.

 Mewujudkan harapan itu,  Rektor IAIN Sorong Prof Dr Hamzah, M.Ag menggagas berdirinya Mahad  Al Jamiah yang berlokasi di belakang kampus IAIN Sorong.  Mahad Al Jamiah merupakan pondok pesantren yang disediakan khusus untuk mahasiswa baru IAIN Sorong.

  “Kuliah sambil mondok”, inilah yang disampaikan Modir (Direktur ) Mahad Al Jamiah IAIN Sorong,  Khatipah, S.Pd.I, M.Pd yang  belum lama dipercaya sebagai Modir Mahad Al Jamiah.  Dengan konsruksi bangunan berlantai  2  yang kokoh , saat ini, jumlah mahasiswa yang mondok di Mahad Al Jamiah  untuk putera sebanyak 78 orang dan puteri 35 orang.

   Jumlah yang mondok di Mahad Al Jamiah akan bertambah, karena menurut Khatipah,  3 pekan mendatang, 225 mahasiswa penerima beasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar)  yang terdiri dari 85 putera dan 140 puteri akan diarahkan masuk mahad.

Mahad Al Jamiah Putera.

Dengan jumlah kamar yang tersedia saat ini,  seperti di Mahad Putera untuk lantai 2 sebanyak 60 kamar dan di lantai 1  ada 12 kamar, diyakini cukup untuk menampung para mahasantri karena akan ada penambahan kamar dengan menyekat  ruangan yang tersedia.

  Mondok setahun di Mahad Al Jamiah  sangat menyenangkan, sebab dengan lokasi yang sangat tenang untuk belajar, konstruksi bangunan bercat hijau yang dibangun permanen,  para mahasantri seperti merasakan tinggal di hotel. Bagaimana tidak, setiap kamar  di Mahad  Al Jamiah telah  disediakan  tempat tidur , lemari dan AC , serta  MCK yang sangat layak.

 “Kalau sarana dan prasarana semua lengkap, ruangan lengkap, tempat tidur, tempat untuk masak, MCK juga ada  lemari, AC,semua lengkap.  Di sini hotel bu, hotelnya mahasiswa,”tandas Khatipah yang sehari-hari dosen  Fakultas Tarbiyah IAIN Sorong.

   Merasakan sangat nyaman mondok di Mahad Al Jamiah diungkapkan oleh  salah satu Mahasantri, Karmin. “Di rumah saja tidak seperti ini, ada AC, lemari pakaian, kita tinggal masuk saja,  di sini  sangat nyaman bu,”tutur Karmin, mahasiswa baru tadris IPA .

 Sesuai ketentuan, yang mondok di Mahad Al Jamiah adalah mahasiswa baru dengan jangka waktu tinggal 1 tahun. Setelah memasuki tahun ajaran baru, maka penghuni Mahad berganti dengan mahasiswa baru.

 Menanyakan kenapa waktu tinggal hanya 1 tahun, Khatipah mengatakan, itulah kebijakan Rektor IAIN , dimana tujuan mendirikan Mahad   tak lain untuk  membentuk karakter awal pada mahasiswa baru  dimana setelah mengikuti PBAK,selanjutnya mereka  akan menjadi keluarga besar IAIN Sorong.

 “Mereka (mahasiswa baru) satu tahun dibina di mahad, karena kan tidak semua mahasiswa baru itu dari jurusan agama saat SMA, tidak semua dari MA, dari pondok,  mahasiswa baru banyak juga dari lulusan  SMA,  SMK  dan sederajat yang umum ya, yang nota bene mereka masuk ke IAIN  mungkin  pengetahuan agamanya, bahasa arabnya belum,ibadahnya belum. Sebenarnya di sini diajarkan dasar-dasarnya  sih, bagaimana diajarkan cara wudu yang benar, bagaimana tayammum, bagaimana takhara dan sebagainya,”terang Khatipah.

Mahad Al Jamiah Puteri.

 Setahun mondok di Mahad Al Jamiah, mahasantri memiliki jadwal cukup padat. Selain melaksanakan tugas utama yakni kuliah dengan fakultas dan program studinya masing-masing, mahasantri  melakukan aktifitas yang telah terjadwal di mahad.

“Program yang saat ini sedang berjalan, biasa  habis sholat magrib dan sholat subuh ada kajian yang diberikan oleh  pimpinan-pimpinan IAIN Sorong, untuk siangnya merekaa ada jadwal, ada belajar speak Bahasa Inggris, ibadah. Tapi untuk pagi dari jam 08.00  Wit sampai jam 12.00 Wit, mereka aktifitasnya kuliah.  Jadi di sini, bahasanya kuliah sambil mondok,”ujar Khatipah.

Dengan beberapa pertimbangan, seperti harus membantu orang tua mencari nafkah,  ataupun alas an lain, diakuinya, tidak semua mahasiswa baru masuk mondok di mahad.  Dan pihaknya kata Khatipah juga tidak bisa memaksa, yang penting mahad bisa berjalan.

 Selan memberikan pelajaran Bahasa Inggris, di luar jam kuliah, mahasantri di Mahad Al Jamiah IAIN  Sorong juga diajarkan belajar Bahasa Arab. Dan bukan “kaleng-kaleng”, untuk pelajaran Bahasa  Arab ini, Khatipah khusus menghadirkan  dosen lulusan  dari Mesir.  “Alhamdulillah, untuk bahasa Arabnya memang sudah terlatih. Dan saya minta ke beliau jangan diberi   mata kuliah seperti  kuliah, kan di kuliah juga ada Bahasa Arab. Dan pelajaran Bahasa Arab ini  sudah berjalan, hari  ini sudah yang ketiga kali. Jadi mencari waktu diluar jam kuliah,”tandas Khatipah.

  Yang pasti kata Khatipah, pelajaran yang diberikan  dasar-dasarnya  seperti  Bahasa Inggris speakingnya saja, tidak berat-berat . “Nanti kalau sudah berjalan, dan anak-anak sudah mahir dalam bahasa Arab dan Bahasa Inggris,  saya tujuannya nanti mereka tidak boleh pakai Bahasa Indonesia . Hari-harinya hanya pakai Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.  Dan kemarin, mereka saya perhatikan, ketika mereka belajar, mereka sudah mulai speak-speak, kan itu merangsang ya , Bahasa Ingris dan bahasa Arab,”tutur Khatipah seraya mengatakan ada rencana untuk menambah pelajaran di mahad dengan Bahasa China.

 Untuk frekwensi belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab dijadwalkan seminggu sekali.  “Kalau di fullkan saya kembali lagi, mereka juga punya tugas utama adalah  kuliah dan tambahan untuk membuat tugas-tugasnya, jadi  materi di sini tidak terlalu full,”tandas Khatipah seraya mengungkapkan,  yang penting  mahasantri memiliki pengetahuan dasar, sholatnya bagus, mengajinya bagus,  dan skill yang dimiliki diharapkan dapat berguna setelah mereka tamat kuliah nanti.

  Untuk target kedepan, Khatipah ingin mewujudkan obsesi Rektor IAIN Sorong Prof Dr Hamzah, M.Ag yakni menjadikan Mahad Al Jamiah sebagai iconnya IAIN Sorong. Untuk menjadikan Mahad Al Jamiah sebagai iconnya IAIN menurut Khatipah semuanya harus bagus ,  mulai dari proses pembelajarannya, penataan mahadnya, pengaturan waktu untuk mahasantri.  “Karena ini  bukan pondok murni ya, mohon maaf dengan mata kuliah yang begitu padat, jangan sampai mereka untuk istirahat  tidak bisa, jadi  tidak seperti itu. Karena kuliah sambil mondok, jadi fokusnya adalah kuliah.  Selebihnya di mahad tapi tidak terlalu membebani mereka, karena saya selaku direktur atau modirnya berpikir  karena saya juga dosen mereka, setelah saya  mengajar mereka harus membuat tugas, dan tugas itu tidak gampang.  Itu perlu ada waktu ya, ibaratnya ada waktu untuk mereka bernapas-lah,”terang Khatipah.

 Menanyakan bagaimana respon orang tua mahasiswa, Khatipah mengatakan hampir semua memberikan respon positif. Hanya saja diakuinya pernah ada orang tua yang menolak anaknya mondok di mahad. Tanpa disadari  Allah menggerakan hatinya datang ke Mahad Al Jamiah di Kampus IAIN Sorong. “Pas hari itu hari minggu kan, nah setelah meliha anaknya, kita lagi olah raga di depan, bapak itu menyesal, oh ternyata apa yang saya bayangkan di mahad itu tidak seburuk apa yang saya pikirnya, kamarnya bagus, tempat tidurnya bagus, artinya dengan seperti itu dia melihat realnya mahad dan pelajaran mahad, karena tujuan  kita kan memang membentuk mahasiswa generasi penerus yang berakhlakul karimah , bertaqwa kepada Allah maka dtambahlah  dengan beberapa mata pelajaran keislaman, dan  Insya Allah juga akan akan ditambah dengan ilmu skill mereka. Cuma mungkijn ini kan masih dalam tahap menata dulu nih,”ujar Khatipah.

 Kedepannya  Ia, berharap ada ustad yang bisa standby di mahad dan mengajarkan mahasantri  lebih dalam  baik itu tentang untuk sholatul lail, sholat duha, puasa Senin Kamis dan ibadah lainnya.

  Untuk menjadikan Mahad Al Jamiah jadi iconnya IAIN Sorong, Khatipah berharap  ada pengurus yang standby 24 jam di mahad. “Saya  juga berharap ada kerjasama  antara fakultas, prodi sama mahad serta seluruh pimpinan IAIN Sorong sehingga keinginan untuk menjadikan  Mahad Al Jamiah sebagai icon dapat terwujud, sehingga masyarakat mengenal dan berbondong-bondong, datang ke IAIN karena  ada Mahad Al Jamiah,”tandas Khatipah seraya tersenyum manis. (rosmini)