Humas IAIN Sorong-  Karena penyalurannya selama ini dinilai tepat sasaran, kuota penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP)  yang diberikan untuk mahasiswa baru  Institut Agama Islam Negeri (IAN) Sorong   tahun 2023 mengalami peningkatkan .

 Jika sebelumnya, kuota mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah di IAIN Sorong berjumlah 125 orang, untuk tahun 2023 ini mengalami peningkatan jadi 225 orang.

 Terkait dengan penyaluran beasiswa KIP, Wakil Rektor I Dr Muhammad Rusdi Rasyid, M.Pd.I mengatakan, saat ini masa-masa   terakhir pembukaan rekening. “Tahapannya cukup lama, dimana kita mulai menyeleksi siapa yang berhak. Ini sangat terkait dengan penerimaan mahasiswa baru ya,”tandas Rusdi Rasyid di ruang kerjanya.

 Penerima beasiswa KIP adalah mahasiswa yang masuk ke IAIN lewat jalur SPAN (Seleksi Prestasi Akademik Nasional),  ujian masuk dan mandiri. Menurut Dr Rusdi Rasyid, semua jalur penerimaan mahasiswa baru ini  berpeluang untuk mendapatkan beasiswa  KIP Kuliah.

  Dalam penyaluran beasiswa KIP , untuk SPAN , porsinya 100 persen sedangkan yang masuk lewat jalur  ujian masuk dan mandiri akan dilihat apakah memenui syarat atau tidak. “Karena jangan sampai orang kaya kita kasi beasiswa, tentu kita menyalahi aturan. Namun tetap kita akan penuhi kuota itu,”ujar Rusdi Rasyid.

 Dengan nilai Rp 6. 600.000/orang yang disalurkan dalam tiap semester, beasiswa KIP diberikan kepada mahasiswa yang ekonomi keluarganya tidak mampu serta memiliki indeks prestasi (IP) di atas 3.

 Selain itu dalam persyaratannya, jelas Rusdi Rasyid, penerima beasiswa juga belum menikah dan dibayarkan dari semester I hingga semester  8. Dalam  persyaratannya, penerima beasiswa KIP juga lulusan SMA 3 tahun terakhir.

 “Sesuai aturan dibatasi  tamatan dari SMA  itu 3 tahun terakhir. Tidak boleh 4 tahun, misalnya  4 tahun yang lalu tamatnya itu ndak boleh. Apalagi sudah menikah,”tandasnya.

 “Banyak kok mahasiswa yang dapat beasiswa, misalnya semester 5 atau semester 7  dia nikah ya kita “putus”. Karena  kalau kita kasi beasiswa kita melanggar, itulah aturan-aturan yang sudah ada juknisnya dari Dirjen,”imbuh Dr Rusdi Rasyid .

  Menanyakan bagaimana jika dalam perjalanan, penerima beasiswa KIP bekerja di salah satu instansi, dikatakan kalau bekerja tidak masalah, yang penting mahasiswa bersangkutan tetap rajin kuliah dengan  IPKnya tetap terjaga diatas 3.

 “Setiap semester kita evaluasi, oh ini sudah jarang di kelas, terbkukti dari absensinya. Pasti mempengaruhi nilainya. Nah itu biasa kita ganti dan  itu juga mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa KIP,”jelas Rusdi Rasyid.

 Diakui oleh Wakil Rektor I Dr Rusdi Rasyid, pemberian beasiswa KIP dari pemerintah pusat ini, merupakan salah satu faktor yang mendorong mahasiswa kuliah di IAIN Sorong.  “Memang kita mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa siapa saja yang berminat kuliah namun belum ada dana, sudah silakan mendaftar saja. Nanti kita lihat, apakah benar, setelah di-ricek, diwawancarai, ditinjau kalau ternyata benar-benar  memenihi syarat kita kasi. Itulah tugas panitia seleksi,”tandasnya.

  Karena dalam penyaluranya dilakukan tepat sasaran, dan tidak ada potongan-potongan  sehingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan , Riset dan Teknologi pun meningkatkan jumlah penerima beasiswa KIP di IAIN Sorong dari 125 menjadi 225 orang.

  Selain dari beasiswa KIP, IAIN Sorong juga menyalurkan dana beasiswa yang bersumber dari PLN.  Hanya saja untuk beasiswa dari PLN yang total berjumlah 73 orang, dikatakan jumlahnya penerima tetap , dan yang diberikan hanya uang kuliah saja, tidak ada tambahan uang saku. “Tapi itu kan sudah sangat luar biasa, meringankan mahasiswa,”ujar  Rusdi Rasyid.

 Yang pasti kuliah di IAIN biayanya sangat murah, dan kualitasnya pun sangat menjanjikan.  Untuk outputnya dikatakan bahwa alumni –alumni IAIN Sorong sangat cepat terserap di pasar kerja.

 Wakil Rektor I Dr Rusdi Rasyid berharap dengan adanya  beasiswa KIP , mahasiswa dapat lebih betah belajar, dan tetap kosentrasi untuk meningkatkan kompetensinya dan hal ini berguna bukan saja untuk  masa depan mahasiswa tapi juga kemajuan pendidikan di Provinsi Papua Barat Daya. (ams)