Prof Dr Hamka Hasan, Lc MA ( adik kandung Rektor IAIN Sorong, Prof Dr Hamza, M.Ag),
Guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Humas IAIN Sorong –  Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong, Prof Dr Hamza, M.Ag ternyata berasal dari keluarga akademi, adik kandungnya Prof  Dr Hamka Hasan, Lc MA, guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (28/12) hadir di Kampus IAIN Sorong dan tampil sebagai narasumber dalam kegiatan  “Penguatan Moderasi Beragama”.

Dengan dipandu moderator, Syahrul, Lc MA,  Prof Hamka menjelaskan secara rinci dasar  hingga konsep moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.

Hadir  dalam kegiatan Penguatan Moderasi Beragama, Dekan Fakultas Syariah dan Dakwah, Dr Bambang Sunatar, SEMM,  pimpinan , dosen dan staf  di lingkup IAIN Sorong, serta sejumlah mahasiswa.

Dengan mengusung tema “Urgensi Moderasi Beragama dalam Menciptakan Suasana Pemilu yang Asyik dan Aman”, Prof Hamka mengatakan, penerapan moderasi beragama dalam Pemilu 2024 adalah saat warga negara menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 14 Feberuari 2024 mendatang.

Dikatakan oleh Prof Hamka , sebagai warga negara yang baik, tentunya dituntut untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024 . Bahwa satu suara sangat menentukan perjalanan bangsa ini.

“Dengan turut berpartisipasi itu juga akan  menyangkut kehidupan dan masa depan kita .  Soal kemudian memillih siapa itu hal lain. Jadi kalau Golput itu tidak moderat,”ujar Prof Dr Hamka Hasan, Lc MA.

Berbicara tentang Pemilu, Prof Hamka mengatakan, Ia tidak punya kapasitas untuk mengarahkan memilih salah satu kandidat, karena dirinya bukanlah tim sukses. Yang pasti dikatakan bahwa dalam Pemilu, setiap pemilih tentu mempunya alasan tersendiri dalam menentukan pilihannya.

Lebih lanjut Prof Hamka Hasan juga berharap menyongsong Pemilu 2024,  hendaknya tidak saling menghujat, menghina diantara  kandidat atau massa pendukung peserta Pemilu. Karena yang demikian tentu menciderai pesta demokrasi bangsa ini.

Dikesempatan tersebut, Prof Hamka mengatakan, berbicara tentang moderasi beragama tidak lepas dari “Ummatan Wassathan” , keadilan.

Konsep keadilan dapat dilihat di Pengadilan, dimana dari 2 orang yang berpekara, maka salah satunya pasti  ada yang menang perkara dan ada yang kalah. Jika dua-duanya menang, maka tentu disitu tidak ada keadilan.

Moderasi Beragama juga dapat diterapkan saat akan mencari calon pasangan hidup. Dikatakan oleh Prof Hamka, moderat itu jika mencari calon pasangan hidup maka carilah apa yang disukai, bukan siapa yang disukai.

Memilih calon pasangan hidup dengan apa yang disukai itu misalnya  tentang agamanya, akhlaknya ataupun kriteria lainnya.

“Nah inilah salah satu contoh bagaimana mengaplikasikan konsep moderasi beragama, jadi ada dasarnya, ada benang merahnya,”ujar Prof Hamka, mantan Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Hidayatullah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa hidup ditengah masyarakat yang heterogen, maka konsep moderasi beragama dapat terlihat saat bagaimana kita bersikap baik kepada orang lain, saling menghargai  ditengah adanya perbedaan.

Soal mengucapkan selamat merayakan natal , Prof Hamka mengatakan selagi hanya sebatas ucapan tidak masalah, yang tidak boleh itu ketika kita yang muslim ikut beribadah.

“Allah tidak menahan kalian untuk berbuat baik kepada mereka yang tidak memerangi kalian, tidak mengusir kalian dari kampang halamanmu. Nah berbuat baik itu kan universal, termasuk mengucapkan, menghormati atau membahagiakan orang lain,”terang Prof Hamka.

Lengkapnya dalam Surat  Al-Mumtahanah ayat 8-9

yang artinya “ Sesungguhny Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai  kawanmu  orang-orang yang memerangi kamu  dalam urusan agama, dan mengusir kamu  dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka  sebagai kawan , mereka itulah orang-orang yang zalim”.

“Kalau mengucapkan selamat Natal kemudian mengikuti dan meyakini itu yang tidak boleh,”tandas Prof Hamka.

Intinya bahwa hasil dari moderasi beragama adalah toleransi, bagaimana kita bisa hidup berdampingan  dengan orang lain dan menghargai orang lain.

Bahwa  ajaran Islam sangat moderat, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak berkekurangan. Ia berada pada posisi  berkeseimbangan dan berkeadilan.

Dalam kegiatan Penguatan Moderasi Beragama , dua mahasiswa (putra dan puteri) mengajukan pertanyaan,  tentang moderasi beragaman di Pemilu dan faktor-faktor yang mempengaruhi moderasi beragama, yang kemudian dijelaskan secara rinci oleh Prof Dr Hamka Hasan, Lc MA. (rosmini)