Sorong, iainsorong.ac.id – Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong diminta sebagai narasumber pada acara Kajian Akbar Syawal 1441 H. Kegiatan Kajian Akbar tersebut disekenggarakan oleh Pimpinan Daerah Darud Dakwah Wal-Irsyad (PD-DDI) Kabupaten Wajo, Selasa, 9 Juni 2020, pukul 20.00 WITa-Selesai. Kegiatan yang dilaksanakan melalui dari dengan menggunakan aplikasi zoom tersebut juga menghadirkan Sekjen PB DDI, Drs. H. Helmy Ali Yafie.

Kajian Akbar tersebut dipandu oleh salah satu pengurus daerah DDI Wajo. Moderator memberikan kesempatan pertama kepada Drs. H. Helmy, dengan materi “Kontribusi Warga Addariyah Menyikapi Pandemi Covid-19”.

Dalam penyampaiannya, Helmy Ali menyinggung tentang dampak apabila alam sudah marah, tentu dengan berbagai cara alam menyampaikan kritiknya, salah satunya melalui wabah.

“Covid-19 inimerupakan bagian dari cara alam memperbaiki diri, terkadang dalam proses memperbaiki diri tersebut, kita sebagai manusia sebagai korbannya” tegasnya.

Helmy Ali menambahkan dengan memberikan penjelasan tentang sejarah DDI. “DDI oleh pemerintah sudah diorganisasikan dan disejajarkan dengan ormas-ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah” tutupnya.

Kesempatan selanjutnya, moderator mempersilahkan Rektor IAIN Sorong, Dr. Hamzah Khaeriyah, M.Ag., untuk menyampaikan materinya yang berjudul “ Tafsir Alternatif Islam dalam Meneropong Realitas Kebangsaan”.

Dr. Hamzah, M.Ag., memulai materinya dengan menyapa narasumber, moderator, dan para peserta yang hadir, termasuk peserta dari IAIN Sorong, Hasbullah, Ph.D., dan Lalu Nasrulloh.

“Realitas keabngsaan, lanjut Dr. Hamzah., banyak isu yang bermunculan, mulai dari isu kebangsaan yang meliputi isu suku dan agama. Isu rasa tau etnik ini menjadi isu kebangsaan yang besar, seperti yang pernah terjadi di Surabaya yang berakibat terhadap ketegangan yang terjadi di Papua” terangnya.

Selanjutnya isu disharmoni yang disinggung oleh Dr. Hamzah, M.Ag., ia menyampaikan bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat beragama menjadi pemicu terjadinya kondisi disharmoni ini. Lebih parahnya lagi disharmoni ini sering terjadi di kalangan umat Islam.

“Siapa yang menciptakan disharmoni, yaitu umat Islam, umat Islam siapa? Umat Islam Indonesia” tutupnya.

(Lalu Nasrulloh)